***
***
Dulu, baso malang yang wanginya sedap dan hemmmmm enaknya kalau dimakan saat musim hujan, punya ciri khas yaitu dibawa pakai sepeda kumbang dengan kotaknya yang berwarna kuning diletakkan di boncengan. Cirinya khas lainnya adalah alat pemanggil pembelinya menggunakan alat berupa terompet kecil yang dipencet bagian balonnya sehingga berbunyi teot-teot.
Kemudian baso malang memakai roda yang berkeliling juga berubah penampilannya menjadi lebih bagus dan harga lebih mahal. Ada yang mangkal atau sewaktu-waktu berkeliling dengan menggunakan ketokan kayu yang berbunyi toktoktok, seperti pedagang baso umumnya. Nah, sekarang sudah ada restauran baso malang dengan penampilan yang lebih "wah" dan daftar menu berupa paket-paket ala restauran siap saji dengan harganya masing-masing.
***
Pedagang baso ini entah orang Malang atau bukan, tapi yang jelas punya majikan ya. Tidak seperti pekerja sektor informal yang menjadi majikan dirinya sendiri seperti kebanyakan tukang baso jaman baheula (dulu).
Sektor informal di Kota Bandung kebanyakan dilakukan oleh orang-orang dari luar terutama dari desa-desa, baik di Jawa Barat maupun luar. Kalau baso sih, biasanya memang orang Jawa. Jumlah penduduk seperti ini di sejumlah kelurahan yang merupakan perkampungan padat di Kota Bandung, lumayan banyak.
Waaa, entah bagaimana cara mensensus mereka ya, karena biasanya suka berpindah-pindah tempat kontrakan. Bahkan juga tinggal di Bandung secara on off, terutama kalau di kampung sedang musim kerja tani ya pulang dulu.