Baso malang keliling jaman sekarang pun tidak mau kalah. Penampilannya berubah, tidak pakai sepeda atau roda kaki lima lagi, tapi pakai motor. Selain itu, memanggil pembeli pun sudah tidak pakai ketokan kayu yang menjadi ciri tukang baso, melainkan pakai kaset seperti penjaja ice cream yang mahal. Di kotak kaca tempat bahan-bahan dan peralatan baso ditata, tertempel gambar yang dicetak dijital, lengkap dengan paket-paket menu dan harganya masing-masing. Seperti yang di restauran.
***
Pilih paket komplit saja, supaya bervariasi. Kalau cuma suka basonya saja, wah, satu porsi akan jadi mahal sebab dihitung satuan alias per baso.
***
Dulu, baso malang yang wanginya sedap dan hemmmmm enaknya kalau dimakan saat musim hujan, punya ciri khas yaitu dibawa pakai sepeda kumbang dengan kotaknya yang berwarna kuning diletakkan di boncengan. Cirinya khas lainnya adalah alat pemanggil pembelinya menggunakan alat berupa terompet kecil yang dipencet bagian balonnya sehingga berbunyi teot-teot.
Kemudian baso malang memakai roda yang berkeliling juga berubah penampilannya menjadi lebih bagus dan harga lebih mahal. Ada yang mangkal atau sewaktu-waktu berkeliling dengan menggunakan ketokan kayu yang berbunyi toktoktok, seperti pedagang baso umumnya. Nah, sekarang sudah ada restauran baso malang dengan penampilan yang lebih "wah" dan daftar menu berupa paket-paket ala restauran siap saji dengan harganya masing-masing.
***
Pedagang baso ini entah orang Malang atau bukan, tapi yang jelas punya majikan ya. Tidak seperti pekerja sektor informal yang menjadi majikan dirinya sendiri seperti kebanyakan tukang baso jaman baheula (dulu).
Sektor informal di Kota Bandung kebanyakan dilakukan oleh orang-orang dari luar terutama dari desa-desa, baik di Jawa Barat maupun luar. Kalau baso sih, biasanya memang orang Jawa. Jumlah penduduk seperti ini di sejumlah kelurahan yang merupakan perkampungan padat di Kota Bandung, lumayan banyak.
Waaa, entah bagaimana cara mensensus mereka ya, karena biasanya suka berpindah-pindah tempat kontrakan. Bahkan juga tinggal di Bandung secara on off, terutama kalau di kampung sedang musim kerja tani ya pulang dulu.
Kampung BANDUNG (II)
Buat saya Bandung akan selalu menjadi "lembur kuring" (kampung saya). Meski secara teori, Bandung sudah menjadi kota metropolitan karena jumlah penduduknya lebih dari 1 juta.
Minggu, 06 Juni 2010
Tukang Insinyur Sol Sepatu
Beli sandal harga seratus ribuan di toko yang ada di Alun-alun Bandung, baru dipakai sebentar sudah lepas jepitan pinggir untuk bagian atasnya. Apalagi selop berhak, dipakai naik tangga terburu-buru lantas patah. Sedangkan sandal dan sepatu anak-anak, biasalah kalau solnya mulai lepas menganga. Nah, untunglah ada ahlinya yang bisa menangani masalah-masalah ini.
***
Ternyata butuh tenaga untuk mendorong secara tepat jarum saat mencobloskannya, sedangkan jarumnya sendiri harus dari pahan yang lentur (bahan per, kata si akang). Kalau tidak, jarum akan patah.
***
Di dalam lemari peralatan kerja, ada laci-laci yang isinya berbagai jarum, beberapa warna benang khusus untuk menjahit sepatu, lem sepatu, ampelas, dan beberapa alat logam untuk membuka sol sepatu yang akan diperbaiki.
Selesai bekerja, si akang duduk beristirahat dulu. Wah, lupa menawarkan minum padahal pastinya haus kan? Yah, pasti si akang punya bekal minum juga. Lalu berangkatlah si akang dengan memikul kotak peralatannya.
***
***
Ternyata butuh tenaga untuk mendorong secara tepat jarum saat mencobloskannya, sedangkan jarumnya sendiri harus dari pahan yang lentur (bahan per, kata si akang). Kalau tidak, jarum akan patah.
***
Di dalam lemari peralatan kerja, ada laci-laci yang isinya berbagai jarum, beberapa warna benang khusus untuk menjahit sepatu, lem sepatu, ampelas, dan beberapa alat logam untuk membuka sol sepatu yang akan diperbaiki.
Selesai bekerja, si akang duduk beristirahat dulu. Wah, lupa menawarkan minum padahal pastinya haus kan? Yah, pasti si akang punya bekal minum juga. Lalu berangkatlah si akang dengan memikul kotak peralatannya.
***
Selasa, 25 Mei 2010
Program Pengelolaan Lingkungan dan Musrenbang Kelurahan
Persoalan-persoalan pengelolaan lingkungan di pemukiman padat Kota Bandung antara lain adalah sanitasi, MCK dan saluran air kotor, banjir cileuncang setiap hujan, kondisi lingkungan yang kumuh, pengelolaan sampah, lahan terbatas atau bahkan tidak ada untuk penghijauan. Sedangkan persoalan sosial kemasyarakatan yang terjadi adalah pengangguran, terutama generasi muda, konflik sosial, kenakalan pemuda/remaja karena kurang atau tidak tersedianya aktivitas positif, peredaran narkoba dan miras, dan maraknya gank motor di Kota Bandung yang menarik keterlibatan pemuda.
Persoalan di masyarakat sesungguhnya tidak dapat dilihat secara parsial karena saling terkait, baik dimensi ekonomi, lingkungan, sosial dan politik lokal. Adanya apatisme masyarakat mengenai kegiatan kemasyarakatan, apalagi pengelolaan lingkungan dapat diwakili oleh ungkapan “Cari makan saja susah, apalagi mikirin lingkungan dan masyarakat....”
Bagaimana menjawab tantangan ini? Pengelolaan lingkungan perlu menjadi agenda programatik pemerintahan terkecil (kelurahan, RW, RT)yang disusun melalui forum musyawarah bersama warga. Artinya, program pengelolaan lingkungan juga tidak dapat dilakukan dengan modus intervensi terhadap kelompok-kelompok kecil saja, melainkan harus menjadi program intervensi berupa program kerjasama dengan pemerintah kelurahan dan jajarannya sampai ke RW dan RT.
Model intervensi demikian akan memungkinkan suatu upaya yang lebih jangka panjang dan bertahap, bukan hanya sekedar proyek "tabrak lari". Sesudah proyek jangka pendek selesai, lantas situasi kembali seperti semula. Kerjasama dengan pemerintah kelurahan dilakukan dengan memperkuat forum perencanaan program kelurahan agar benar-benar merupakan musyawarah bersama warga, untuk menyusun agenda masyarakat dan pemerintahnya dalam rangka menata lingkungan dan kegiatan lainnya.
Forum musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan(musrenbangkel)yang dilaksanakan tahuhan perlu diumumkan secara terbuka sehingga warga mengetahuinya dan tidak hanya dihadiri oleh perangkat pemerintah kelurahan, RW dan RT, tapi betul-betul menjadi forum warga yang deliberatif.
Seandainya musrenbangkel benar-benar dihadiri oleh warga untuk menyusun agenda pengelolaan lingkungan sebagai program pemerintah kelurahan yang berkelanjutan, Insya Allah kita akan bisa mengharapkan bahwa rasa memiliki warga terhadap lingkungannya akan menjadikan kampung tercinta ini lebih baik. Sumber anggaran dari kegiatan ini selain dari anggaran yang berasal dari APBD juga dengan menggerakkan swadaya masyarakat yang disepakati bersama. Selain itu dana program CSR dapat digalang bukan hanya dari perusahaan besar yang terdapat di lingkungan setempat, melainkan juga dari industri rumah tangga, pertokoan, dan usaha-usaha yang ada dan berkewajiban untuk berkontribusi karena limbah atau dampak lingkungan dari usahanya.
Pemahaman tentang apa itu program CSR perlu dirumuskan karena dalam prakteknya seringkali tidak tepat. Dana CSR bukanlah dana program yang dibagi-bagi begitu saja, masyarakat yang paling berhak adalah masyarakat yang paling langsung terkena dampak lingkungan dari perusahaan tersebut. Ini akan menjadi tulisan tersendiri.
Musrenbangkel adalah forum penyusunan program pemerintah kelurahan tahunan yang merupakan amanah regulasi (UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan diturunkan menjadi perda musrenbang). Meskipun program kelurahan disusun secara partisipatif bersama masyarakat berdasarkan persoalan di lingkungan kelurahan itu sendiri, namun tetap merupakan bagian dari upaya mensukseskan program prioritas pengelolaan lingkungan di tingkat Kota Bandung.
@Photo atas by EBH, tengah by Studio Mitra Lingkungan (Bank Sampah), bawah by RD. (Baliho di depan BSM).
***
Persoalan di masyarakat sesungguhnya tidak dapat dilihat secara parsial karena saling terkait, baik dimensi ekonomi, lingkungan, sosial dan politik lokal. Adanya apatisme masyarakat mengenai kegiatan kemasyarakatan, apalagi pengelolaan lingkungan dapat diwakili oleh ungkapan “Cari makan saja susah, apalagi mikirin lingkungan dan masyarakat....”
Bagaimana menjawab tantangan ini? Pengelolaan lingkungan perlu menjadi agenda programatik pemerintahan terkecil (kelurahan, RW, RT)yang disusun melalui forum musyawarah bersama warga. Artinya, program pengelolaan lingkungan juga tidak dapat dilakukan dengan modus intervensi terhadap kelompok-kelompok kecil saja, melainkan harus menjadi program intervensi berupa program kerjasama dengan pemerintah kelurahan dan jajarannya sampai ke RW dan RT.
Model intervensi demikian akan memungkinkan suatu upaya yang lebih jangka panjang dan bertahap, bukan hanya sekedar proyek "tabrak lari". Sesudah proyek jangka pendek selesai, lantas situasi kembali seperti semula. Kerjasama dengan pemerintah kelurahan dilakukan dengan memperkuat forum perencanaan program kelurahan agar benar-benar merupakan musyawarah bersama warga, untuk menyusun agenda masyarakat dan pemerintahnya dalam rangka menata lingkungan dan kegiatan lainnya.
Forum musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan(musrenbangkel)yang dilaksanakan tahuhan perlu diumumkan secara terbuka sehingga warga mengetahuinya dan tidak hanya dihadiri oleh perangkat pemerintah kelurahan, RW dan RT, tapi betul-betul menjadi forum warga yang deliberatif.
Seandainya musrenbangkel benar-benar dihadiri oleh warga untuk menyusun agenda pengelolaan lingkungan sebagai program pemerintah kelurahan yang berkelanjutan, Insya Allah kita akan bisa mengharapkan bahwa rasa memiliki warga terhadap lingkungannya akan menjadikan kampung tercinta ini lebih baik. Sumber anggaran dari kegiatan ini selain dari anggaran yang berasal dari APBD juga dengan menggerakkan swadaya masyarakat yang disepakati bersama. Selain itu dana program CSR dapat digalang bukan hanya dari perusahaan besar yang terdapat di lingkungan setempat, melainkan juga dari industri rumah tangga, pertokoan, dan usaha-usaha yang ada dan berkewajiban untuk berkontribusi karena limbah atau dampak lingkungan dari usahanya.
Pemahaman tentang apa itu program CSR perlu dirumuskan karena dalam prakteknya seringkali tidak tepat. Dana CSR bukanlah dana program yang dibagi-bagi begitu saja, masyarakat yang paling berhak adalah masyarakat yang paling langsung terkena dampak lingkungan dari perusahaan tersebut. Ini akan menjadi tulisan tersendiri.
Musrenbangkel adalah forum penyusunan program pemerintah kelurahan tahunan yang merupakan amanah regulasi (UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan diturunkan menjadi perda musrenbang). Meskipun program kelurahan disusun secara partisipatif bersama masyarakat berdasarkan persoalan di lingkungan kelurahan itu sendiri, namun tetap merupakan bagian dari upaya mensukseskan program prioritas pengelolaan lingkungan di tingkat Kota Bandung.
@Photo atas by EBH, tengah by Studio Mitra Lingkungan (Bank Sampah), bawah by RD. (Baliho di depan BSM).
***
Taman Bunga
Tidak punya pekarangan, tapi ingin punya taman bunga. Jadi menanam bunga di dalam kaleng cat bekas, pot plastik, dan drum bekas. Bibitnya diambil/diminta dari pinggir jalan atau tetangga. Atau beli dari penjual kembang keliling.
Rumah jadi hijau dan berwarna.
Kupu-kupu pun datang kalau kembang mekar. Bertelur dan menjadi ulat di atas daun. Lalu menjadi kepompong dan kupu-kupu baru....
Rumah jadi hijau dan berwarna.
Kupu-kupu pun datang kalau kembang mekar. Bertelur dan menjadi ulat di atas daun. Lalu menjadi kepompong dan kupu-kupu baru....
Gulali, Semanis Cinta
Ada lagu H. Rhoma Irama yang berjudul "Gulali" yang menyairkan bahwa jatuh cinta itu semanis gulali. Atau gulali itu semanis rasa cinta? Entahlah, tapi bagi tukang gulali ini, gulali itu bukan cuma sekedar kembang gula untuk dimakan tapi harus cantik agar tidak cepat-cepat dimakan anak-anak.
Gulali harus bisa dipandangi dulu, dikagumi, dan dipegang-pegang anak untuk dipamerkan kepada temannya. Kalau sudah bosan, barulah... nyam nyam nyam. Mungkin begitu karena gulali-gulali ini selalu dibentuk menjadi bunga dan hewan yang lucu-lucu.
Butuh keterampilan untuk membuat gulali ini, terutama kecepatan tangan membentuk suatu bagian karena gula akan cepat kering dan mengeras. Khusus untuk yang bentuknya ayam ini, malah bisa dijadikan peluit. Kalau ditiup bagian ekornya akan berbunyi nyaring. Sehingga anak tidak cepat-cepat memakannya melainkan bermain dulu.
Sabtu, 22 Mei 2010
Orang yang Berjasa bagi Planet Bumi
Sampah, sampah, sampah.... Anda semua adalah produsen sampah setiap hari. Planet bumi ini sudah berat menanggung sampah.... Harus dikemanakan lagi sampah-sampah yang dibuat oleh manusia ini? Hanya sebagian kecil yang dipisahkan untuk didaur ulang.....
***
Pembakaran sampah. Tempat pembakaran sampah ini milik warga RW 06, bekerja terus-menerus setiap hari tapi ibarat cuma sebuah noktah kecil di atas kertas perbandingan antara jumlah sampah yang bisa ditangani dengan yang diproduksi manusia kelurahan ini. Jadi, prioritas untuk pembakaran sampah RW 06 saja. Satu noktah kecil itu ternyata merupakan sebuah gunungan sampah, bagaimana pula besar dan tingginya gunung sampah se Kota Bandung kan?
***
Pak Rahmat adalah pengelola pertamanya, sekarang sudah diserahkan kepada orang yang lebih muda. Warga membayar untuk pembakaran sampah di sini.
***
Pohon-pohon ini di sepanjang sungai ini ditanam sekitar sepuluh tahun, kata Pak Rahmat. Rata-rata pohon condong ke arah sungai karena saat tumbuhnya didorong atau ditabrak mobil dan motor.... Maklum, kampung padat dan sempit.....
***
Ibu Ocih pemilik pembakaran sampah "swasta" di RW 06. Setiap roda sampah atau bulanan bagi warga yang membuang sampah ke tempatnya, membayar kepada ibu Ocih. Dulunya lahan ini adalah kolam sehingga pemiliknya mengijinkan pembuangan sampah sekaligus untuk penimbunan dan pemadatan tanahnya.... Pemilik tempat ini tidak akan lama lagi akan menggunakan lahan ini.
***
Bank sampah yang mengelola sampah menjadi kompos di RW 11. Sungai membelah perkampungan kota, di kedua sisi merupakan pemukiman yang padat. Tahun 1980an bentang lahan di wilayah ini masih merupakan sawah dan kolam, kata Ibu Ocih....
***
Pembuatan kompos sampah. Membutuhkan lahan yang cukup dan itu yang sulit ditemukan di pemukiman padat.
@Photos by RD.
***
***
Pembakaran sampah. Tempat pembakaran sampah ini milik warga RW 06, bekerja terus-menerus setiap hari tapi ibarat cuma sebuah noktah kecil di atas kertas perbandingan antara jumlah sampah yang bisa ditangani dengan yang diproduksi manusia kelurahan ini. Jadi, prioritas untuk pembakaran sampah RW 06 saja. Satu noktah kecil itu ternyata merupakan sebuah gunungan sampah, bagaimana pula besar dan tingginya gunung sampah se Kota Bandung kan?
***
Pak Rahmat adalah pengelola pertamanya, sekarang sudah diserahkan kepada orang yang lebih muda. Warga membayar untuk pembakaran sampah di sini.
***
Pohon-pohon ini di sepanjang sungai ini ditanam sekitar sepuluh tahun, kata Pak Rahmat. Rata-rata pohon condong ke arah sungai karena saat tumbuhnya didorong atau ditabrak mobil dan motor.... Maklum, kampung padat dan sempit.....
***
Ibu Ocih pemilik pembakaran sampah "swasta" di RW 06. Setiap roda sampah atau bulanan bagi warga yang membuang sampah ke tempatnya, membayar kepada ibu Ocih. Dulunya lahan ini adalah kolam sehingga pemiliknya mengijinkan pembuangan sampah sekaligus untuk penimbunan dan pemadatan tanahnya.... Pemilik tempat ini tidak akan lama lagi akan menggunakan lahan ini.
***
Bank sampah yang mengelola sampah menjadi kompos di RW 11. Sungai membelah perkampungan kota, di kedua sisi merupakan pemukiman yang padat. Tahun 1980an bentang lahan di wilayah ini masih merupakan sawah dan kolam, kata Ibu Ocih....
***
Pembuatan kompos sampah. Membutuhkan lahan yang cukup dan itu yang sulit ditemukan di pemukiman padat.
@Photos by RD.
***
Jumat, 21 Mei 2010
Perjalanan Perempuan Klaten
Senangnya kalau mbok sate bakul datang di saat hujan gerimis sore hari. Pasti sedap menyantap daging ayam dan daging lemaknya yang gurih, dengan lontongnya yang enak.
Tapi yang membikin sedap adalah mendengar cerita si mbok sambil bekerja membakar sate dan menyiapkan hidangannya.
"Saya sudah lebih dari separuh umur berjualan sate begini...." katanya. Aku membayangkan perjalanan perempuan muda beranak satu dari Klaten ke Bandung lebih dari 30 tahun berbekal bakul sate. "Lumayan, sekarang sudah punya rumah yang kecil...."
Teringat pada Is, pengasuh anakku yang mengepak tasnya dari sebuah desa di atas gunung di Jawa Tengah untuk menjadi orang kota. Menjadi orang kota adalah punya sebuah rumah yang kecil -meski cuma kontrakan- untuk ditempati bersama suami dan anaknya kelak. Itu impian Is.
Hmmmm, sate yang wangi mengundang selera. Tersaji di atas piring beralas daun pisang. Mbok bakul sate menemani makan dengan cerita perjalanan hidupnya. Menjadi orang kota, meninggalkan jati dirinya sebagai orang kampung. Memberikan cucunya akta kelahiran Kota Bandung, rapor sekolah dan identitas yang tidak lagi udik, itulah yang disyukuri si mbok....
Si mbok membakar lagi sate. Saya bilang, "Lho, kenapa tambah lagi, mbok.... sudah cukup..." Si mbok bilang itu untuk oleh-oleh cucunya, si Bella, berumur 3 tahun. "Kenapa dibakar di sini, mbok?" tanya saya.
Si mbok bilang, mereka tinggal di sebuah pemukiman padat. Kalau membakar sate nanti anak-anak tetangga berdatangan. "Kan gak enak kalau tidak dikasih..." katanya.
"Bella apa namanya, mbok?" tanya saya. Si mbok terus bekerja seraya menjawab: "Mbuh, Bella apa... namanya panjang, empat kata...."
Mbok sate mulai berjualan jam 3 sore. Naik angkutan kota dari daerah Stasiun Bandung ke perumahan atau pemukiman-pemukiman yang jadi langganannya. Digilir setiap bulan. Si mbok pulang pada bada maghrib.
Anak perempuannya, ibu si Bella, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga China. Pulang jam 5 sore. Suaminya bekerja di Pasar Baru.Si Bella dititip di tetangga sampai ibunya pulang kerja selama si mbok berjualan.
Semuanya bekerja. Demi memiliki sebuah rumah, kehidupan baru, menjadi orang kota dan meninggalkan segala keudikan yang sulit. Bagi masa depan cucu dan keturunannya.
Tukang Insinyur Payung
Kebun di Kampung Kang Caly
Suatu hari berkunjung ke kampung seorang teman. Pemilik kebun di atas loteng dan atap.
Dulu kala, kampung-kampung ini mempunyai kebun, sawah, rumpun bambu, sungai yang mengalir, sumur yang jernih, pohon-pohon di pekarangan rumah untuk berayun dan lapangan bola. Serta syahdunya suara serangga malam dan kodok di musim hujan.
Sekarang, kampung-kampung ini menjadi sebuah dunia di balik tembok-tembok. Lantai semen yang tidak memberi kesempatan pada rumput untuk tumbuh. Sumur-sumur yang terjebit di antara dinding dan jalan gang. Raung suara motor. Anak-anak tak lagi bisa bermain gatrik dan sondah.
Anak-anak muda lebih suka di jalanan dengan motor, ABG mencari tempat berkumpul di mall-mall, dan anak-anak kecil menghabiskan waktu bermain di rental PS.
***
Caly, sang aktivis lingkungan menciptakan kebun dan taman ini untuk anak-anak dan kampungnya. Mengajak warga lain untuk menghiasi kehidupan dengan keindahan tanaman. Menjadikan kampung halaman yang pantas dirindukan....
***
* Photos by RD, kecuali paling atas by EBH, dan paling bawah dan kiri by Caly.
Dulu kala, kampung-kampung ini mempunyai kebun, sawah, rumpun bambu, sungai yang mengalir, sumur yang jernih, pohon-pohon di pekarangan rumah untuk berayun dan lapangan bola. Serta syahdunya suara serangga malam dan kodok di musim hujan.
Sekarang, kampung-kampung ini menjadi sebuah dunia di balik tembok-tembok. Lantai semen yang tidak memberi kesempatan pada rumput untuk tumbuh. Sumur-sumur yang terjebit di antara dinding dan jalan gang. Raung suara motor. Anak-anak tak lagi bisa bermain gatrik dan sondah.
Anak-anak muda lebih suka di jalanan dengan motor, ABG mencari tempat berkumpul di mall-mall, dan anak-anak kecil menghabiskan waktu bermain di rental PS.
***
Caly, sang aktivis lingkungan menciptakan kebun dan taman ini untuk anak-anak dan kampungnya. Mengajak warga lain untuk menghiasi kehidupan dengan keindahan tanaman. Menjadikan kampung halaman yang pantas dirindukan....
***
* Photos by RD, kecuali paling atas by EBH, dan paling bawah dan kiri by Caly.
Langganan:
Postingan (Atom)